Pages

Minggu, 14 Februari 2010

profil "KEKELUARGAAN"

I. PENDAHULUAN

Saudara-saudara hadirin yang kami muliakan ,

Sebagai pengasuh utama “KEKELUARGAAN” maka dengan sendirinya saya bertanggung jawab dan mempertanggung jawabkan keseluruhan ajaran-ajaran saya, lahir batin, dunia akhirat, yang telah saya berikan kepada para warga “KEKELUARGAAN” yang hingga kini telah tersebar dan berkembang di nusantara kita.

Sebagai pendahuluan, maka perlu saya memberikan sekedar uraian untuk mengungkapkan ajaran-ajaran “KEKELUARGAAN”.

Kita sekarang ini hidup di dalam alam revolusi, ialah Revolusi Indonesia yang beraneka ragam.

Salah satu dari hukum revolusi adalah menjebol dan membangun, mengadakan perombakan total secara menyeluruh,dan yang terpenting dalam perombakan itu adalah: perombakan mental.

Justru pada saat sekarang ini dan pada forum ini, kita berkecimpung untuk mempersoalkan mental, yang disorot dalam sudut kebathinan, kejiwaan dan kerohanian.Kesemuanya itu adalah bersumber pada: CARA BERPIKIR MANUSIA. Dalam pengertian perombakan cara berpikir inilah maka kita menentukan istilah:
Idjtihadj ialah berjuang untuk kebebasan berpikir.

Dasar “KEKELUARGAAN” adalah Al Qur’an dan Al Hadist.

Ajaran-ajaran “KEKELUARGAAN” adalah hasil dari pada penggalian, idjtihadj, dialog dari apa yang tersurat dan tersirat pada Al Qur’an dan Al Hadist.

Pelaksanaan pemberian ajaran-ajaran bagi para warga, didasarkan atas pemberian pengertian yang mutlak (sesuai dengan pikir dan rasa), yang menjadi patokan yang kokoh, untuk pelaksanaan pengamalan Kebesaran-kebesaran Tuhan kepada sesamanya, sebagai pengabdian kepad Tuhan Yang Maha Esa.

Ajaran “KEKELUARGAAN” ini dimulai pada tahun 1951 dan terus berkembang pesat hingga sekarang.

Sehubungan dengan urain di atas maka hadirin pada kesempatan ini akan menemukan pengertian-pengertian yang baru, pengertian mana justru menjiwai serta menjadi patokan-patokan yang kokoh dan teguh bagi ajaran-ajaran “KEKELUARGAAN”.

II. SIMBOL “KEKELUARGAAN”

1. Warna dari corak simbol
Uraian tentang makna dan arti simbol “KEKELUARGAAN”
Pada symbol “KEKELUARGAAN” tersebut tedapat 3 (tiga) macam warna:
 Warna hitam, sebagai dasar menunjukan tanda luhur.
 Warna kuning-emas, menunjukan tanda kebesaran, dengan ini tertulis (arab) “Allah” yang terletak di tengah-tengah symbol.
 Warna putih, menunjukan tanda kesucian.
Dengan warna tersebut digambarkan:
Pertama, garis-garis dari delapan sudut diseling dengan garis-garis kecil (lima) buah. Garis-garis putih ini dimaksudkan: cahaya, yang mengartikan menjurus ke luar maupun ke dalam. Kedua, huruf-huruf latin, nama: “KEKELUARGAAN”.

2. Arti dan corak simbol
Arti dan corak simbol “KEKELUARGAAN” adalah sebagai berikut:
 Cahaya yang menuju ke dalam artinya: “ Setiap warga “KEKELUARGAAN” dari delapan penjuruangin menuju ke arah Yang satu, ialah Allah ”.
 Cahaya yang menuju ke luar artinya: “ Setiap warga “KEKELUARGAAN”berkewajiban membawa Kebesaran Nama Tuhan atau Nama Allah kepada sesamanya, ialah dengan kasih sayang ”.
Dari penjuru ke penjuru di dapat 5 (lima) garis-garis yang diberikan makna dalam pengamalan dan syari’at sebagai berikut:
 Menjurus ke dalam, ialah: rukun islam yang lima, yaitu menuju ke arah Yang satu,ialah Allah: tiada sesembahan lain, semata-mata hanya Allah.
Dengan syarat rukun yang lima itulah , setiap warga “KEKELUARGAAN” diharuskan hidup rukun, merukunkan dan dirukunkan atau hidup bersatu mempersatukan dan dipersatukan, karena syarat untuk menjadi rukunnya umat Islam seluruh dunia itulah rukun Islam yang lima.
Ajaran “KEKELUARGAAN” adlah ajaran Islam, dengan kitab-kitabnya: Al Qur’an dan Al Hadist.
 Menjurus ke luar, ialah:Membawa kebesaran Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa Indonesia, jelasnya: bahwa “KEKELUARGAAN” adalah berkepribadian satu Indonesia dan membawa pengamalan kebesaran-kebesaran bangsa, Negara bersumber pada Ketuhanan Yang Maha Esa. Menghargai, menghormati, dan sapat bekerja sama dengan penganut-penganut agama lain.

3. Arti dan makna warna simbol
Arti dn makna simbol “KEKELUARGAAN” adalah sebagai berikut:
 Pertama : Warna Hitam adalah tanda luhur, yang diartikan adanya sebuah hukum “KEKELUARGAAN” ialah bahwa setiap warga “KEKELUARGAAN” harus mempunyai atau memupuk Budi Luhur.
 Kedua : Warna Kuning-Emas adalah tanda kebesaran yang diartikan,bahwa ajaran “KEKELUARGAAN” bersumber pada penggalian kebesaran-kebesaran yang Serba Maha.
 Ketiga :Warna Putih adalah tanda kesucian,dalam arti bersih dari segala macam kotoran, yaitu:
 Menuju kearah Allah tanpa diembel-embeli, umpamanya dengan perantaraan benda-benda,roh-roh dan lain-lain.
 Mengamalkan segala sesuatu Kebesaran Allah dengan rasa tulud ikhlas.

III. KERANGKA PENGERTIAN (DEFINISI) ALLAH

1. Allah adalah Nama Perwujudan
Kebatinan, kejiwaan dan kerohanian, ini semua tidak terlepas dari soal Ketuhanan, karena:
Tuhan ( Allah ) sumber dari segala sesuatu;
Tuhan Maha Tahu;
Tuhan Maha Bisa;
Tuhan Serba Ada;
Tuhan Pengasih, Penyayang dan Pengampun.
Pengertian-pengertian “KEKELUARGAAN” tentang Allah, atau jelasnya: KONSEPSI TENTANG TUHAN ATAU ALLAH.
Pengertian dasar Tuhan, ialah sesembahan = yang disembah = yang diagungkan.
Tuhan saya adalah Allah, artinya:
Pertama : Yang saya sembah adalah Allah
Kedua : Yang saya agungkan adalah Allah
Ketiga : Tempat saya meminta dan mengabdi adalah Allah
Disini kita dapat merasakan, bahwa istilah atau nama Allah sebagai suatu nama “ALLAH” yang menjadi tujuan.
Allah sebagai suatu Nama dan Allah sebagai suatu Perwujudan. Nama adalah suatu sebutan dari suatu perwujudan, abstrak maupun kongkrit. Tiap-tiap perwujudan harus mempunyai Kerangka dan Batas-batas.

Jika ada seseorang yang menyebutkan nama, akan tetapi ia tidak dapat memberikan kerangka pada nama itu, maka pengetahuannya akan nama yang disebutnya itu hanya khayalan atau kira-kira belaka, pengertian ini juga dapat dijadikan ukuran keimanan terhadap apa yang diketahuinya, apalagi yang ia yakini.

Kita menyebut Nama “Allah“, kita sama-sama yakin adanya Allah. Maka kita harus dapat membuktikan dan dapat memberikan kerangka pada nama “Allah” tersebut.
2. Arti perkataan “Allah”

Di dalam sastra arab pernah kita temukan uraian sebagai berikut:
Ilah artinya Tuhan, berarti sesembahan atau Yang Disembah.
Allah berasal dari kata-kata: Al dan Ilah, yang disingkat menjadi Allah, yang berarti Maha Sesembahan.

Dengan demikian maka Allah adalah sesembahan yang tertinggi ialah sesembahan yang ada di dalam dan bagi/untuk hidup, kehidupan dan penghidupan. Allah adalah tempat pengabdian diri segala makhluk. Dengan pengertian pendahuluan ini, maka saya akan menguraikan tentang konsepsi tentang Allah dengan pengertian-pengertiannya yang di tinjau dari berbagai sudut, sesuai dengan alam pikiran “KEKELUARGAAN”.

Saya bermaksud dan beriktikad menguraikan Konsepsi tentang Allah ini kepada:
A. Hadirin yang saya muliakan sekarang ini

1. Yang mewakili tentang Ormas-Ormas Kebathinan/Kejiwaan/Kerohanian dan tergabung pada Pakem (Penganut Aliran Kepercayaan Masyarakat) Kejaksaan Tinggi Jakarta;
2. Pemerintah Republik Indonesia lewat Pakem Kejaksaan Tinggi Jakarta dan Para Pejabat Pemerintahan yang berwenang;
3. Para alim ulama dari golongan agama yang disyahkan pemerintah.

B. Nusa Bangsa dan Negara pada Umumnya

C. Umat Islam pada Khususnya

Saya akan coba menguraikan dengan kata-kata yang sesederhana mungkindengan bantuan kerangka atau huruf (arab) “Allah” yang terpapar di depan hadirin semuanya ini.(lihat gambar simbol)

Bagi alam pikiran “KEKELUARGAAN” di dalam idjtihadj-nya, maka kerangka susunan atau tulisan (arab) “Allah” itu merupakan suatu kerangka yang mempunyai arti dan makna serta daya hidup dan yang menghidupkan.
Segala sesuatu yang menyangkut tentang hidup, kehidupan dan penghidupan dapat dicarikan dasar hukumnya dan tergantung pula pada pemikiran kewaspadaan terjurud dari penyorotannya.

3. Dzat, hidup dan 4 unsur-unsur pokok perwujudan, (evolusi kejadian)

Untuk mempermudah kita berbicara tentang apa yang tidak, mari kita mencari jalan dari apa yang ada ialah, Alam Penerangan tentang adanya Alam ini menurut Al Qur’an surat Yunus ayat 3 (10:3) berbunyi:
“Sesungguhnya Tuhan Kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam hari, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tiada seorang pun yang akan memberi Syafa’at kecuali sudah ada, izin dari yang demikian itu adalah Allah, Tuhan Kami, maka sembahlah Dia, Apakah kamu tidak mengambil Pelajaran”.

Ternyata dari penerangan ayat tadi, bahwa alam ini terjadi tidak dengan kata-kata “kun” sekali jadi terus berwujud, tetapi dalam Enam hari. Enam hari inipun tidak berarti Enam Hari Letterlek, tetapi Enam Fase (tingkatan atau tahapan) yang berate ber-evolusi.

Jadi sebelum alam ini ada, yaitu masih awing-awang atau kosong yang ada ialah Dzat ysng tidak seumpama apapun juga.(lihat jabar)
Sebelum ada apa-apa di alam ini, yang ada ialah Dzat: Dzat yang tiada seumpama apapun juga, pengerian ini umumnya sudah di luar batas pikiran manusia, dan kita mau tidak mau harus percaya.

Dzat yang tidak seumpama apapun juga ini. Ada dengan sendirinya dan terjadi dengan sendirinya. Dzat yang tidak seumpama apapun pula, yang ada dengan sendirinya dan jadi dengan sendirinya itu dan mengadakan HIDUP.(lihat Tasjid)

Karena adanya hidup, maka terjadilah adanya gerak atau getaran. Kesemuanya ini masih gaib.

Getaran ini Hidup terus dan menimbulkan cahaya: Merah (alif)
Setelah cahaya merah, timbul cahaya: Kuning (lihat Lam awal)
Setelah cahaya kuning, timbul cahaya: Putih (lihat Lam akhir)
Setelah cahaya putih, timbul cahaya: Hitam (lihat Ha)

Cahaya-cahaya tersebut telah dimengertikan unsur-unsur pokok dari setiap perwujudan dalam alam hidup ini.

Merah diartikan : unsur Api
Kuning diartikan : unsur Angin
Putih diartikan : unsur Air
Hitam diartikan : unsur Bumi


4. Allah dan Makhluk Allah

Keempat cahaya tersebut (lihat Alif, Lam, Lam, Ha) yang saling berbenturan karena adanya gerak dan getar (lihat Tasjid) dengan diliputi oleh Dzat Yang Hidup (lahat Jabar) keseluruhan itulah menjadi suatu perwujudan yang dinamakan: Allah (lihat huruf Allah).
Jadi dari Dzat yang tiada seumpama apapun juga (jabar) sampai dengan apa yang kita lihat dan berwujud ini (Allah) adalah satu.
Tidak dan ada adalah satu: inilah yang dinamakan Allah. Jelasnya, seluruh alam ini adalah perwujudan dari yang tidak.

Saudara-saudara,

Kita semua ini adalah perwujudan dari pada Dzat dan Gerak/Getaran dari empat unsur. Itulah menjadikan satu perwujudan inilah yang di katakana, bahwa Tuhan dengan kita tidak ada antaranya lagi; “Urat Leher dan Leher”.
Dengan adanya pembentukan 4 unsur ini,terjalah alam seluruhnya dan terjadilah makhluk hidup mulai dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. Benturan-benturan maupun perpaduan-perpaduan 4 unsur iniada tingkatan-tingkatannya, dan demikian pun perwujudan-perwujudan ada tingkatan-tingkatannya; dari makhluk-makhluk yang terendah tingkatannya sampai dengan makhluk-makhluk yang tertinggi, yaitu manusia.

Penjelasan dengan kata-kata yang lain:
Dari yang tidak (jabar ) lalu menjadi gerak/getaran (tasjid)
Dan karena gerak/getaran itu,menimbulkan empat cahaya yang kita beri nama: Api, Angin, Air, Bumi, (Alif, Lam, Lam, Ha).
Empat cahaya adalah empat Unsur Pokok. Yang sebenarnya adalah Empat kekuatan pokok yang ada terdapat dalam Hidup.
Karena adanya Gerak/Getaran, maka berbenturan empat Kekuatan Pokok ini dan timbul suatu perwujudan, Allah namanya (lihat huruf arab “Allah”).
Surat Al Baqarah ayat 115 (2:115);
“Maka kemana pun kami menghadap, disitulah wajah Allah”. Wajah Allah ialah Perwujudan Allah yang kita lihat dan kita temukan. Yang tidak ada dan yang ada adalah merupakan satu kesatuan dan persatuan yang Mutlak, Allah namanya.

Dan dari perwujudan yang kita jumpai dalam hidup, kehidupan dan penghidupan, ialah tidak lain manusialah makhluk yang paling tertinggi itulah yang dikatakan: kita dengan Tuhan tiada antaranya lagi.
Jika diumpamakan, Dzat yang tidak seumpama apapun juga itu: Air, maka kita (perwujudan-perwujudan ini) adalah: Es.
Jadi kita ini adalah pembekuan dari Dzat
Hidup kita adalah Gerak atau Yang Hidup atau Hidup.
Gerak ini digerakan oleh benda yang tidak bergerak, ialah Dzat.
Antara yang tidak bergerak dan yang bergerak adalah satu kesatuan dan persatuan.

Jadi seluruh ala mini adalah SATU PERWUJUDAN atau lebih tegasnya lagi SATU PEMBEKUAN dari TIDAK, diantara mana tidak ada batas-batas pemisah sedikit pun juga dengan yang ADA. Kesemuanya ini adalah suatu perwujudan daripada Allah (secara keseluruhan maupun tersendiri), karena asalnya dari TIDAK menjadi ADA.
Kita ini (perwujudan secara tersendiri), menurut ajaran agama adalah Makhluk Allah.

Makhluk manusia adalah perwujudan yang tertinggi dari setiap adanya perwujudan dalam hidup. Kehidupan dan Penghidupan, seperti yang diterangkan dalam surat: Al Maidah ayat 3 (5:3) “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kami agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagimu”.

Dalam pandangan kita yang meluas kepada MACRO-COSMOS,maka dapat saya berikan pengertian:

Allah adalah suatu perwujudan yang ada di dalam wadah yang tidak bertepi dengan Dzat-Nya yang meliputi.

Jika panduan kita menuju pada MACRO-COSMOS, terutama kepada diri sendiri, maka kita hendaknya kembali pada pengertian hakekat Tauhid ialah: ” Bahwa setiap perwujudan adalah perwujudan Allah”.

Pengertian akan hakekat Tauhid tersebut adalah dapat dijadikan dasar mutlak bagi pemberian pengertian akan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Demikian secara singkat pengertian atau konsepsi tentang Allah dan “Kekeluargaan”, di tinjau dari sudut Hidup.

Para pujangga Arab telah menentukan (dengan karunia Allah), kerangka atau tulisan Allah dengan susnan huruf-huruf Arab. Kerangka atau susunan huruf (Arab) Allah tersebut tidak akan berubah sepanjang jaman, karena makna, arti dan daya yang memancar dati kerangka tersebut mempunyai suatu daya adanya kesatuan hukum-hukum Hidup, Kehidupan dan Penghidupan.

Umpamanya, Jabar dan Tasjidnya dihilangkan, sisa Alif, Lam, Lam, Ha, ini adalah kerangka yang mati kerangka Hampa yang tidak mempunyai makna, arti dan daya yang Hidup.

Demikian pun jika lerangka tersebut kita terjemahkan atau kita ganti dengan huruf atau bahasa lain, hampa rasanya.

Susunan huruf atau lebih tepat kerangka “Allah” (lihat huruf Arab Allah). Bagi kita semua mempunyai makna , arti dan daya yang Hidup dan Menghidupkan.
Bagi saya khususnya, demikianlah adanya karena saya dapat memberikan penjelasannya tentang penyorotan kerangka itu dari sudut:
 Hidup
 Kehidupan
 Penghidupan
 Lahir-Batin-Dunia-Akhirat
Kesemuanya digali dari apa yang di tersurat dan tersirat pada Al Qur’an dan Al Hadist. Hal ini akan membutuhkan waktu yang khusus dan semoga saya akan berkesempatan untuk berhadapan muka dan berdialog dengan hadirin sekalian de lain waktu.



IV. PENUTUP

1. Wahyu dan Ilham

Saya belum pernah mendapatkan Wahyu karena Wahyu itu tidak ada lagi di dunia ini. Pengertian Wahyu adalah apa-apa yang belum ada di dunia ini, kemudian diadakan.

Tetapi sekarang semuanya sudah sempurna dan komplit, jadi manusia-manusia seperti sekarang ini hanya mendapatkan Ilham dan Petunjuk-petunjuk yang mereka belum pernah dapatkan, tetapi sebenarnya sudah ada di dunia inilah pengertian-pengertian perbedaan Wahyu dan Ilham.

Dengan demikian, maka Uraian saya tersebut adalah hasil: Idjthadj,yaitu:

Hasi dari penggalian-penggalian dan banyak belajar;
Hasil dari bertanya;
Hasil dari penerima dan memberi dengan sesamanya;
Hasil dari pada dialog dengan Kitab Al-quran dan Al-Hadist.

2. Agama dan Kebathinan

Kita yang berada disini umumnya dikatakan sebagai dari Organisasi Massa (ORMAS) atau keyakinan kebathinan,kejiwaan,kerohanian.semua ini tidak terlepas dengan adanya kebesaran Tuhan.
Sumber segala sesuatu adalah Tuhan; dan yang saya maksud Tuhan ialah Allah sesuai denagn pengertian terdahulu.

Kalau bukan karena Allah semuanya dengan sendirinya tidak dapat mencakup yang seolah-olah kita pisahkan. Semuanya mempunyai pengertian satu, ya bathin, ya jiwa, ya roh.

Kebathinan bukanlah Agama, sedang Agama sudah tentu Kebathinan. Jadi setiap penganut adama denagn sendirinya kebathinan, karena agama adalah; Tuntunan Hidup untuk Manusia “lahir-bathin dunia-akhirat”

Ajaran-ajaran memberi petunjuk-petunjuk kepada Umatnya untuk dapat mencapai;

 Kemenangan Lahiriah,
 Kemenangan bathiniah,
 Kemenangan duniawiah, dan
 Kemenangan Ukhrowiah

3. Pengendalian Hawa Nafsu

Seharusnya dengan pengertian atau konsepsi kita tentang Allah, maka perlu saya sekedar mengungkapkan sepintas lalu cara-cara pelaksanaan ajaran “Kekeluargaan”.

Tidak lepas dari pengertian Allah!
Timbul suatu kebimbangan, kekhilafan, yang secara mutlakmemberi refleksi terhadap diri kita berupa pukulan-pukulan lahir maupun batin, adalah dikarenakan si manusia itu tidak dapat mengendalikan “PERPADUAN ATAU PERBENTURAN EMPAT UNSUR POKOK YANG ADA DALAM DIRI KITA”.

Saya yakin bahwa manusia yang dapat mengendalikan hawa nafsu yang ada dalam diri itu, dapat juga mengendalikan hawa-nafsu orang lain.

Nama Tuhan atau Nama Allah yang diagung-agungkan, dan orang-orang telah banyak bebicara tentang “Sabda Seucap Nyata”atau”Sabda Pandita Ratu”. Pelaksanaan hal itu, tidak lain dan tidak bukan hanyalah dengan jalan atau dengan cara kita mengendalikan hawa-nafsu yang ada didiri kita sendiri dengan penuh pengertian dan penuh kesadaran.


(alm.Bapak Yoesoef Ratman)

Rabu, 10 Februari 2010

KEPENGURUSAN BARU IKATAN KELUARGA BESAR "KEKELUARGAAN"

SUSUNAN PENGURUS IKATAN KELUARGA BESAR KEKELUARGAAN PERIODE 2010-2014



PENASEHAT:
1. HARDILAN
2. WIDODO
3. BAMBANG R.

PEMBINA UTAMA:
MT. ABRIANTO CH

KETUA:
RUSMIN

WAKIL KETUA:
SUNARNO

SEKRETARIS:
1. BUDI WIYONO
2. SETYARMO

BENDAHARA:
1. SUTRISNO
2. SUYATNO